
YCAB Foundation mempersembahkan kreasi eksklusif dari Rumah Belajar Batik melalui INACRAFT 2022 (The International Handicraft Trade Fair). Diselenggarakan pada 23-27 Maret, acara ini menampilkan produk kerajinan khas Indonesia seperti batik, tenun, alas kaki, perhiasan, peralatan rumah tangga, suvenir, dan masih banyak lagi.
Bertempat di Jakarta Convention Center (JCC), acara ini didukung oleh berbagai sektor baik pemerintah maupun pengusaha antara lain Kementerian Perdagangan RI, ASEAN Handicraft Promotion and Development Association (AHPADA), dan Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI).
INACRAFT 2022 merupakan kesempatan emas bagi YCAB Foundation untuk memamerkan produk batik hasil karya siswa Rumah Belajar Batik. Industri batik merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar menurut catatan Kementerian Perindustrian. Seperti dikutip dari data Kementerian Perindustrian, ekspor batik tahun 2020 mencapai USD 532,7 juta, dan pada triwulan I tahun 2021 mencapai angka yang mencengangkan sebesar USD 157,8 juta.
Dengan kebutuhan yang berasal dari perkembangan industri batik yang sangat pesat, Yayasan YCAB mendisrupsi kegiatan produksi dengan memberdayakan masyarakat untuk menjadi pengusaha batik. Batik yang dipamerkan di INACRAFT 2022 merupakan kreasi anak-anak kurang mampu dari Rumah Belajar Batik dari Pemalang, Pekalongan, dan Semarang. Para siswa ini diberdayakan dengan pelatihan membatik, finansial, dan literasi digital yang membuka jalan menuju kemandirian ekonomi.

Sejak diluncurkan pada Februari 2020, Rumah Belajar Batik (RBB) pertama kali didirikan di Semarang dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja melalui pemberdayaan masyarakat sekaligus melestarikan warisan batik. Saat ini, sebanyak 37 usaha batik yang sudah mapan telah berhasil menciptakan lapangan kerja, dan 4 desa binaan RBB Semarang telah menjadi desa batik. 194 peserta yang mengikuti RBB Semarang juga mengalami peningkatan pendapatan sebesar 170%, hampir 3x lipat dari pendapatan sebelumnya.
“Saya belajar membatik dari nol dan menambah pengetahuan. Saya jadi tahu bahwa proses membuat batik itu sangat menyenangkan!” sebut Marsya Celvia Nourvita Sari, mahasiswi Rumah Belajar Batik asal Kendal, Jawa Tengah.

Fardelia Messyta Dewi juga merasakan manfaat belajar di Rumah Belajar Batik. Perempuan berusia 18 tahun asal Semarang ini berhasil menempati peringkat 13 dari 20 karya terpilih lomba desain batik nasional Rupa Karya dari Presidium Kaukus Wanita Parlemen Indonesia (KPP RI).
“Rumah Belajar Batik mengajari saya cara mendesain batik dan ketika saya mengikuti kompetisi desain batik nasional, saya masuk 20 besar. Senang melihat kreasi saya ditampilkan di pameran batik di Jakarta. Terima kasih Rumah Belajar Batik” kata perempuan berusia 18 tahun asal Semarang, Jawa Tengah ini.
Rumah Belajar Batik adalah bukti nyata dari visi YCAB tentang dampak berkelanjutan. “Mereka diberdayakan untuk memberdayakan orang lain. Ini merupakan inovasi sosial yang saya banggakan dan menjadi sumber inspirasi bagi saya untuk terus mengedukasi serta memajukan UMKM dan womenpreneurs di bidang ekonomi kreatif. Ketika generasi kita berikutnya adalah yang terbaik, Indonesia akan maju!” ujar Veronica Colondam, Pendiri dan CEO YCAB Foundation.