Di tengah revolusi teknologi, pentingnya keterampilan STEM dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat diabaikan. Hal ini diakui oleh para pemimpin dan pendidik. Sejalan dengan hal ini, Presiden Jokowi menekankan perlunya persiapan untuk Industri 4.0, dengan perkiraan bahwa Indonesia akan memerlukan sekitar 9 juta talenta digital pada tahun 2030 (sumber: Kompas, 2020).
Namun, ada ketidaksetaraan gender yang mencolok dalam pendidikan STEM di Indonesia. Saat ini, siswa perempuan hanya menyumbang 2% dari total pendaftaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan program berbasis STEM (sumber: PDSP Kemdikbud, 2015). Ketidaksetaraan ini dipicu oleh stereotip gender yang menghalangi perempuan untuk mengejar karier STEM. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh UNESCO dan Institut Pengembangan Wanita Korea pada tahun 2015, 61% perempuan mempertimbangkan stereotip gender saat mempertimbangkan pilihan karier mereka. Selain itu, 50% perempuan mengungkapkan minat yang berkurang dalam bidang STEM karena persepsi bahwa bidang ini didominasi oleh laki-laki, dengan 45% percaya bahwa STEM tidak cocok bagi mereka. Studi ini juga mengungkapkan bahwa hanya 2 dari setiap 10 profesional dan 3 dari setiap 10 peneliti di bidang STEM adalah perempuan. Dengan kata lain, partisipasi perempuan dalam STEM hanya mencapai 30% dari angkatan kerja (sumber: BPS, 2017).
Mengenali urgensi untuk mengatasi kesenjangan gender dalam STEM, Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), bekerja sama dengan ORICA, meluncurkan program Women Engineers pada tahun 2022. Inisiatif ini dirancang untuk memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan muda di industri STEM.
Program Women Engineers menargetkan 100 guru sains serta 7.000 siswi SMA/SMK/Sederajat. Dan diharapkan dapat menginspirasi siswi untuk menjelajahi karier dalam STEM. Program ini mencakup pelatihan untuk guru-guru sains, disampaikan melalui sesi tatap muka dan menggunakan pendekatan gamifikasi daring untuk melibatkan siswi. Program ini akan berlangsung selama tiga tahun dan berfokus di wilayah Kalimantan Timur, khususnya Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Kutai Timur.
Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan aspirasi siswi dalam STEM, sejumlah kegiatan tindak lanjut telah direncanakan. Setelah menyelesaikan pelatihan melalui pendekatan gamifikasi daring, siswi akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan Career Day. Kegiatan ini dilakukan dalam format tatap muka, mengundang perempuan profesional yang bekerja di sektor pertambangan untuk berbagi pengalaman mereka dan terlibat dalam diskusi dengan siswi SMA/SMK/Sederajat di Kalimantan Timur.
Program Women Engineers oleh YCAB dan ORICA merupakan langkah penting untuk mengatasi hambatan-hambatan yang secara historis menghalangi partisipasi perempuan dalam bidang STEM. Melalui pendidikan yang disasarkan dan kegiatan inspiratif, program ini bertujuan untuk memberdayakan generasi berikutnya dari insinyur dan ilmuwan perempuan, memastikan bahwa mereka memiliki akses yang sama ke dunia STEM yang menarik dan selalu berkembang.