
Dunia yang kita tempati sekarang dihuni oleh multigenerasi yang lebih daripada sebelumnya. Mereka lebih memilih untuk melakukan kebaikan sosial yang tersebar dalam semua aspek kehidupannya — termasuk dalam karier, keputusan konsumen, dan aktivitas politik mereka (Case & Yu, 2017). Mereka ingin lebih terlibat langsung dalam berbagai gerakan dan kampanye nasional maupun global. Mereka juga menggunakan kekuatan pasar mereka — sebagai kelompok generasi dan bertindak sebagai pelopor perubahan — misalnya, membeli produk yang ramah lingkungan maupun bekerja di perusahaan yang berdampak sosial.
Dengan banyaknya kesempatan menjadi relawan di pekerjaan, generasi muda diberkati dengan akses dan kemampuan. Dan seringkali, pernah menjadi relawan atau terlibat dalam kegiatan sosial menjadi syarat mutlak bagi mereka untuk melamar pekerjaan atau beasiswa. Mereka tentunya ingin mendedikasikan waktu, bakat serta keahlian mereka untuk disalurkan dengan cara yang bermakna.
Kiprah generasi muda akan kembali ke peran penting orang tua sebagai generasi sebelumnya dalam membentuk penerusnya, seperti yang dibagikan oleh Veronica Colondam, seorang ibu yang telah memiliki lebih dari 20 tahun pengalaman dalam filantropi. Veronica mendirikan YCAB Foundation yang tumbuh dari keinginannya untuk menciptakan lingkungan dan dunia yang lebih baik serta ramah untuk anak-anaknya tercinta.
Veronica Colondam dan putrinya, Adellene Odelia Tanuri, Sekretaris Jenderal YCAB Foundation, duduk bersama pada 28 Oktober 2021, untuk mendiskusikan masa depan generasi berikutnya yang akan terjun ke dunia filantropi. Diskusi ini hadir dalam Asian Venture Philanthropy Network (AVPN), yang merupakan jaringan penyandang dana berdampak sosial terbesar di Asia.
“Ini lebih dari sekadar ‘apa’ yang dapat kita ajarkan ke anak-anak kita sebagai orang tua. Pengalaman secara langsung itu penting. Jika mereka tidak mengalaminya, apa yang diajarkan kepada mereka hanya akan menjadi sebatas kata-kata kosong. Kita harus melibatkan anak-anak kita sedari usia dini guna membentuk empati mereka dan bagaimana mereka memandang dunia di sekitar mereka. Pada akhirnya, mereka akan mampu merespon dengan baik semua perbuatan di sekitarnya. Biarkan mereka memiliki niat dalam diri mereka, untuk melakukan sesuatu atau menciptakan dampak, biarkan itu muncul dari dalam diri mereka sendiri — bukan karena popularitas tren viral, tetapi mereka melakukannya karena mereka ingin mengubah dunia dan membawa dampak. ” tambah Veronica Colondam, CEO dan Founder YCAB Foundation, tentang keterlibatan orang tua dalam pandangan anak terhadap filantropi.
“Ketika kita berbicara tentang empati, itu tentu berhubungan dengan interaksi offline, datang dengan bertemu orang secara langsung, dan pergi ke lapangan. Bagi saya, saya pikir itu yang membentuk karakter saya. Ibu saya tidak memaksa anak-anaknya untuk melihat apa yang dia lakukan, dia hanya mengundang kami untuk melihat betapa terberkatinya hidup kami. Misalnya, kami mengunjungi rumah seorang single mom yang tinggal di sebelah rel kereta api – bagi kami, itu adalah kunjungan lapangan, tetapi bagi mereka, itu adalah kenyataan yang mereka hadapi sehari-hari. Saya pikir kesadaran itu setiap tahunnya, dan melihat tidak hanya keputusasaan dan bagaimana pekerjaan ibu saya, yang mengubah dan mempengaruhi kehidupan, membuat saya menjadi seorang yang optimis. Sangat mudah untuk hancur ketika kita melihat begitu banyak ketidakadilan, rasa sakit, dan penderitaan, tetapi jika kita menggabungkannya dengan orang-orang yang mau melakukan tindakan, membuat program, dan menjadi murah hati, kita dapat mengubah penderitaan dan rasa sakit itu menjadi sesuatu yang layak untuk diperjuangkan.” tambah Adellene Odelia Tanuri, Sekretaris Jenderal YCAB Foundation, tentang bagaimana dia diberikan pengalaman langsung untuk memberi dan melihat the bigger picture tentang dunia ini oleh orang tuanya.
Tantangan terbesar adalah perubahan pola pikir tentang filantropi, bagaimana generasi berikutnya melihat bidang ini sebagai sesuatu yang menarik, sesuatu yang berharga, dan tidak ‘kuno’. “Kuncinya adalah kita harus fleksibel dengan kenyataan di lapangan, apa yang terbaik untuk menyelesaikan masalah secara berkelanjutan, kita tidak close-minded, kita harus open-minded, itu bukan satu model bisnis yang cocok untuk semua, itu telah untuk menyesuaikan model itu dengan apa yang benar-benar bisa dijalankan.”, lanjut Veronica.
“Kita tidak selalu tahu ada apa di masa depan kita nanti, tetapi kita tahu apa passion kita, jadi berjuanglah untuk itu.” tambah Adelle tentang bagaimana passion yang ia miliki membuat ia, sebagai generasi filantropis berikutnya, untuk terus maju dan terus berkembang.